Kamis, 12 Juli 2012

Renyahnya Belalang Goreng Jogja

Dalam Injil Mateus 3: 4 disebutkan bahwa Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Rupanya belalang sudah menjadi makanan manusia sejak jaman dahulu kala. Di jaman modern ini kitapun masih bisa menikmatinya tanpa harus berkeliaran ke dalam rimba belantara atau menelusup ke sawah ladang untuk menangkap belalang. Beli saja dalam kemasan jadi seperti yang saya lakukan saat ke Jogja 30 Juni 2012. Bentuknya kira-kira seperti ini:



 


Dari sekian banyak toko oleh-oleh di sepanjang jalan menuju bandara Jogja hanya saya temukan di  satu tempat saja yaitu toko Java. Lokasinya di Jalan Laksda. Adisucipto km. 8,5, telpon (0274) 484185. Harga untuk satu stoples Rp. 43.000,-




Menurut saya, belalang ini rasanya gurih dan renyah-ringan, lebih ringan daripada kerupuk. Sensasi kriuk terasakan saat kita menguyah kaki-kaki belalang. Tak kalah nikmatnya saat kita menggingit bagian kepala dan matanya. Bumbu yang dipakai dalam penggorengan belalang menurut saya menentukan derajat kelezatan makanan ringan ini. Bila digoreng atau dibakar begitu saja, rasanya pasti tidak akan senikmat yang sudah dibumbui sebelumnya.


Sekalian belanja di tempat itu, saya juga memebeli bekicot goreng seharga Rp. 18.000,- sebungkus. Untuk bekicot ini masih ada rasa kasap-kasap sepet saat kita mengunyahnya. Dugaan saya, ini karena bekicot direndam dulu dalam air batu kapur (gamping) untuk membersihkan lendirnya sebelum dimasak.

Tertarik mencicipi belalang goreng dan bekicot goreng? Silakan saja untuk mencobanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar