Tahun 2012 menjadi masa dimana saya paling banyak melakukan
perjalanan udara. Ini tak lepas dari usaha perburuan tiket promo yang saya
lakukan sejak setahun sebelumnya (23 Mei, 12 Juli, dan 20 September 2011). Salah satu dari hasil perburuan saya adalah
penerbangan AirAsia Yogyakarta (Jogja) – Jakarta 6 Maret 2012 dengan tiket
seharga Rp. 10 ribu. Harganya memang benar-benar Rp. 10 ribu karena pada masa
itu AirAsia belum memberlakukan pemisahan komponen biaya bagasi minimal. Tentu
saja saya masih tetap harus membayar airport tax di luar harga itu. Inilah
rincian biaya Rp. 10 ribu yang harus saya bayar :
Rincian Harga Penerbangan AirAsia Rp. 10.000,- |
Berikut adalah sebagian dari tiket promo AirAsia yang saya
dapatkan dalam proses perburuan 2011:
- Jakarta–Jogja Rp. 10.000 untuk penerbangan 2 Juni 2012.
- Jakarta – Jogja Rp. 30.000 untuk penerbangan 3 Maret dan 31 maret 2012
- Jakarta – Jogja pp Rp. 60.000 untuk penerbangan 28-29 april 2012
- Jakarta – Jogja pp Rp. 90.000 untuk penerbangan 11-13 Desember 2011
- Jogja – Jakarta Rp. 10.000 untuk penerbangan 6 maret 2012
- Jogja – Jakarta Rp. 30.000 untuk penerbangan 3 Juni 2012
Ajaib memang. Ada harga tiket yang lebih murah ketimbang ongkos
Bus Damri Bandara atau airport tax. Saking
murahnya dan saking lama jarak waktu
antara pemesanan tiket dan jadwal penerbangan, ada dua tiket yang batal dipakai
gara-gara lupa. Pada saat hari H ( 2 – 3 Juni 2012) saya benar-benar tidak
ingat kalau ada agenda terbang Jakarta – Jogja pp di hari itu. Menyesalkah?
Tidak juga, karena kalau saya jalani, saya malah harus keluar ongkos transport
ke bandara dan airport tax yang jumlah jauh berlipat-lipat dari harga tiketnya.
Boleh jadi ini menjadi jawaban sugestif untuk menghibur diri atas kelalaian
saya.
Perburuan tiket promo memang benar-benar memacu adrenalin dan
menguji kesabaran. Setengah jam sebelum pembukaan promo, saya sudah mulai ambil
posisi duduk siaga untuk mengakses dan mencermati website AirAsia. Begitu
periode promo dibuka, jangan harap kita bisa langsung masuk ke websitenya. Yang
terjadi adalah gambar kumbang beterbangan bermenit-menit di layar komputer
sekaligus pemberitahuan bahwa kita tengah berada dalam antrian. Rupanya orang
beramai-ramai dalam waktu bersamaan juga tengah mengakses situs dimaksud untuk
tujuan yang sama: beburu tiket promo. Kita benar-benar serasa dalam suasana
berebut. Di titik ini kita bisa frustasi karena bisa butuh waktu berjam-jam hanya
untuk dapat masuk ke menu awal, yaitu pencarian jadwal penerbangan. Makin susah
karena harga tiket murah tidak ada di semua jadwal penerbangan. Bagi saya juga
makin susah karena saya membidik tiket promo di jadwal terbang hari libur atau
akhir pekan. Giliran kita sudah
mendapatkan jadwal dan harga yang cocok dan hendak berlanjut ke menu
pembelian, ternyata orang lain sudah lebih dahulu melakukan eksekusi sehingga
tiket promonya sudah tidak muncul lagi. Begitulah pengalaman jatuh bangun di
tengah malam buta dalam kancah perburuan tiket promo di tahun 2011.
Sepertinya pengalaman perburuan di atas sudah tidak akan terulang
kembali, terlebih setelah kejadian kecelakaan AirAsia QZ8501
Surabaya-Singapura. Maka jadilah tahun 2012 menjadi masa panen menikmati
penerbangan murah dalam perjalanan hidup saya. Apakah tahun-tahun ke depan akan
berganti menjadi masa paceklik terbang? Kita lihat saja nanti perkembangannya.